Sabtu, 16 Februari 2008

Pelajaran dari Gunung Sempu.............

Sekitar satu setengah tahun yang lalu, tepatnya Oktober 2006, alhamdulillah aku diberi kesempatan dari kantor untuk mengikuti Diklatpim III, bertempat di Badan Diklat Provinsi DIY di Gunung Sempu, lokasi yang jauh dari keramaian, yang katanya tepat sebagai tempat belajar.

Dihari pertama, menjelang pembukaan, dihalaman Bandiklat terlihat banyak pohon mangga yang rimbun, berbuah lebat dan siap panen, disisi lain banyak pedagang pernik2 khas yogya diteras asrama, belakangan kutahu, kalau ternyata mereka mengetahui jadwal pelatihan yang ada di Bandiklat, maupun kunjungan rombongan wisata yang akan menginap dihotel-hotel, sebuah komunitas yang guyub rukun, tanpa persaingan, karena mereka yakin rejeki sudah diatur oleh Ar Rozzaq, yang maha memberi rejeki.

Di asrama, aku sekamar dengan Mbak Lia, Kepala Bagian Protokol Kota Yogya, orangnya pintar, cantik, asyik dan tidak sombong tentunya, kami sangat bersyukur telah dipertemukan Allah sebagai Saudara.Hari-hari selanjutnya kami lalui dengan enjoy, disela-sela waktu luang, kami berdua bercengkerama dengan para pedagang.

Sore hari, sambil ngantri mandi, kami berdua ngobrol dengan paklik, salah satu pedagang yang cukup familiar dengan kami, kubilang padanya : " Lik, coba sampeyan bawa keperluan harian, seperti sandal jepit, sabun cuci dll, pasti laku...", jawabannya sungguh amat bijak, "Ndak bu itu sudah disediakan dikoperasi, diperbolehkan berjualan disini saja sudah terima kasih sekali", katanya. Sebuah kebersamaan yang indah, saling menghormati privacy masing-masing. Malam harinya, seusai pelajaran malam, obrolan sore tadi menjadi bahan diskusi kami berdua hingga larut. kadang kami tertawa terbahak-bahak, hingga esok hari, tetangga kamar menanyakan : "ngobrolin apaan kok sampai begitu hebohnya?".

Lain kesempatan, sehabis mandi sore, aku dan beberapa teman rame-rame memetik buah mangga yang sudah mulai menguning dan mengundang selera, kami tawarkan buah yang sudah kami petik kepada para pedagang yang kebetulan berada disitu, kembali kami mendapat kejutan diluar perkiraan, mereka berterima kasih sekali, bisa mencari nafkah disitu, dan mereka sudah berkomitmen, untuk menganggap tempat itu adalah bagian darinya, sehingga merekapun ikut menjaga dan merawatnya. Sedangkan kami...???? yang sebenarnya hanya" tamu "disitu, telah dengan seenaknya dan tanpa malu mengambil, yang sebenarnya bukan hak kami. Ampuni semua dosa yang telah kami perbuat ya Allah....

Sore itu hujan rintik-rintik, membuat aku dan Mbak Lia males mandi, kami cuman ngobrol dengan posisi masih ditempat tidur masing-masing. Tak lama kemudian kudengar suara "ting-ting" dari mangkuk penjual bakso. lumayan buat penghangat badan, kamipun memesannya dan makan bersama. Hari-hari selanjutnya Tukang bakso itu selalu mangkal disamping kamarku. Mbak Lia yang punya empati dan jiwa sosial lumayan sip, membuka diskusi kami, "bosan juga ya tiap hari makan bakso ...?" katanya, " tapi kasihan juga kalau gak dibeliin...", akhirnya kami punya berdua punya ide, ketuk2 pintu di kiri kana kamar kami sambil teriak " baksooo......baksooo....", lumayan juga akhirnya temen2 putri pada keluar kamar dan makan bareng2 dikamar kami.
Tak lama kemudian ku dengar teriakan dari lantai atas, " Pak, bakso tiga..!", tak jelas kudengar jawaban penjualnya, tapi kuperhatikan penjual bakso tadi tidak beranjak dari tempatnya, malah ngobrol dengan pedagang yang lain. Sambil mengembalikan mangkuk bakso dan membayarnya, kutanya bapak tadi, " diatas tadi ada yang pesan, kenapa tidak dibuatkan pak...?, penjual bakso itu menjawab, " disini pedagang tidak boleh masuk ke asrama bu".
Para pedagang itu dengan sadar dan ikhlas, mematuhi aturan yang telah ditetapkan, meskipun tidak ada yang mengawasi.

Malam itu, kelasku nggak ada materi, so... aku bisa nyantai dikamar. Mbak Lia yang sudah siap-siap agak malas juga untuk menuju ke ruang kelas, kebetulan kami beda angkatan, meski waktu pelaksanaan bersamaan. " Aku berangkat ya mbak...", pamitnya, "bawa payung, masih gerimis diluar dan hati2 jalannya licin.." Jawabku. " Ya.. " jawabnya singkat sambil keluar dan menutup pintu kamar. Selang beberapa menit kulihat Mbak Lia terpogoh-gopoh masuk lagi kekamar, " Mbak diluar hujan, dagangan paklik biar dititipkan dikamar kita ya....... kasihan kalau basah ..." katanya minta persetujuanku, paklik itu berjualan pakaian seperti kaos, daster dll. Tanpa berpikir panjang aku langsung jawab, "YA".
Setelah kutunggu beberapa lama, Mbak Lia nggak kembali kekamar, dan Paklik pun tidak datang untuk menitipkan dagangannya, akhirnya aku tertidur, dan terbangun jam 22.00 saat Mbak Lia masuk kamar. kutanya padanya, kenapa Paklik tidak jadi menitipkan dagangannya. Mbak Lia pun menjelaskan padaku, bahwa tadi Paklik bilang, " wah terima kasih mbak, tidak usah saja, ini cuma gombal, nanti malah membuat kotor kamar Mbak Lia..", katanya sambil menata dagangan diatas kendaraan, dan menutupnya dengan plastik, dan pulang setelah berpamitan sama Mbak Lia dan kembali mengucapkan terima kasih.

Malam itu kembali kami berdiskusi, ternyata begitu banyak pelajaran berharga diluar kurikulum diklat yang kami peroleh di Gunung Sempu. Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah mempertemukan kami di Gunung Sempu, dan belajar bersama dari hal-hal yang terjadi disekitar kami.
"Mbak Lia......... I miss you.......................

Tidak ada komentar: